Lebih penting mana pikiran positif atau perasaan positif?
trik anak muda, update pertama 06.56
Assalamualaikum.wr.wb
Hm, judul itu sepertinya akan mengundang sedikit banyak kontrofersi. Lho? Emang saya sendiri agak bingung dengan judul yang saya buat sendiri itu, hehehe.
Tidak ada jawaban yang PASTI dari pertanyaan tersebut. Semua tergantung ama diri kita sendiri. Tapi mungkin saya sedikit bisa membantu mebuka pola pikir kita semua.
Oke, saya terinspirasi dari tulisan yang ada di blog maholtraway, yang sangat membuka pola pikir saya. Menurut saya pribadi, sebetulnya antara pikiran positif dengan perasaan positif itu sama pentingnya. Tapi agak sedikit lebih penting perasaan positifnya, Lho? Hehe
Kita kasih ilustrasi yak :
Seorang cowok, yang sudah benar-benar beng-bengan/kesengsem ama seorang cewek dia akan memberikan/mengorbankan apapun yang di butuhkan/diinginkan oleh si cewek yang di taksir. Iya gak? Ngaku lo yang cowok.
Seorang laki-laki mengandalkan logikanya, apa yang ada dipikirannya untuk mendapatkan si cewek? Bener kan? Yang mana cara tersebut sesuai dengan pola pikir/logika yang ada di kepalanya. Tapi apakah kita mengamati bahwa sebenarnya logika/pikiran si cowok itu telah dikuasai oleh perasaan "cinta" yang terkadang berlebihan?Dari ilustrasi itu, dapat kita lihat kalau logika si cowok dapat dikuasai oleh cinta "gila"nya kepada si ceweknya. Nha, menurut Anda kuat mana antara perasaan dengan pikiran?
Sampai-sampai, banyak wanita yang bilang kalau "si cowok tidak memikirkan perasaan si cewek". Padahal logika/pikiran cowok sudah dipengaruhi oleh perasaan si cowok tersebut kepada si cewek. Lho? Malah mumet.

Tahukah Anda bahwa perasaan positif ternyata memiliki kekuatanKata orang-orang tua jaman dulu "Le, dadio wong sing legawa", kata-kata itu sering saya dengar dari orang tua saya terutama ibu saya1000 Xlebih kuat untuk mengubah kehidupan kita dibandingkan hanya berpikir positif? Ilustrasi yang dia gambarkan seperti ini: Memang setiap orang bisa saja memiliki pemikiran yang positif. Tapi tahukah kita, pada saat kita menghadapi tekanan dan saat-saat kritis, semua pemikiran positif kita bisa hilang. Bisa saja saat seperti itu kita kehilangan logika.



2. Pastikan self talk Anda positif. Apa yang Anda katakan pada diri Anda setiap hari? Apa yang Anda katakan tentang kinerja Anda? Apa yang Anda katakan tentang penampilan Anda? Bagaimana perasaan Anda tentang diri Anda sendiri?
APa yang Anda ucapkan pada diri Anda akan sangat berpengaruh kepada perasaan Anda. Selama Anda terus-menerus mengeluh tentang diri Anda, tentang kehidupan Anda, maka jangankan berperasaan positif, untuk berpikir positif saja akan menjadi perjuangan berat bagi Anda. Mulailah ubah kebiasaan Anda. Banjiri diri Anda sendiri dengan perkataan positif.
3. Ubahlah tindakan Anda. Apa yang membuat Anda tidak nyaman? Bagaimana Anda bisa mengubah hal tersebut? Ingat! Jika Anda tidak bisa mengubah situasinya, ubahlah diri Anda. Ubahlah sikap dan cara Anda merespon.
4. Setiap kali hal tidak enak terjadi katakanlah hal positif. Ucapkanlah, sekalipun sepertinya hal itu janggal. Ucapkan berulang kali, sampai Anda merasakan perubahan dalam perasaan Anda. Bayangkan hal tersebut… resapi… dan coba rasakan bagaimana jika saat itu keadaannya berbeda…
Hehe, mungkin artikel ini agak "njelimet", karena jujur saya juga agak pusing dengan tulisan ini. Tapi saya harap Anda dapat memahami atau setidaknya menangkap maksut saya. Menurut saya pribadi, keduanya itu juga sama-sama penting. Orang bijak pernah berkata "cewek lebih ngandelin perasaannya daripada logikanya, dan cowok lebih ngandelin logikanya daripada perasaannya". Tapi pernahkah Anda berpikir untuk seimbang antara keduanya?



Wassalamualaikum.wr.wb
(KT/AMD)





